Sebagai manusia, kita seringkali menghadapi berbagai situasi yang menguji kemampuan berpikir positif dan berbicara jujur dalam hubungan. Ketika menghadapi masalah atau konflik, sikap asertif dalam berkomunikasi dapat menjadi kunci untuk mempertahankan hubungan yang sehat dan harmonis.
Berbicara tentang berpikir positif, Dr. Norman Vincent Peale, seorang penulis dan pendeta terkenal, pernah mengatakan, “Perubahan pikiran dan energi positif dapat mengubah seluruh kehidupan seseorang.” Berpikir positif adalah sikap mental yang melibatkan penilaian yang seimbang terhadap situasi, fokus pada solusi daripada masalah, dan menjaga optimisme dalam menghadapi tantangan.
Salah satu contoh penerapan berpikir positif dalam hubungan adalah saat pasangan kita mengalami masalah atau kesalahan. Daripada langsung menghakimi atau mengkritik, mari kita coba untuk memahami perspektif pasangan dengan berpikir positif. Sebagai contoh, kita bisa berpikir bahwa pasangan mungkin sedang menghadapi tekanan atau kesulitan tertentu yang mempengaruhi perilakunya. Dengan berpikir positif, kita dapat mencari cara untuk membantu meringankan beban pasangan dan membangun kepercayaan dalam hubungan.
Selain berpikir positif, berbicara jujur juga merupakan aspek penting dalam asertivitas dalam hubungan. Helen Keller, seorang penulis dan aktivis yang buta dan tuli, pernah mengatakan, “Kejujuran dan integritas adalah fondasi kepercayaan yang kokoh.” Dalam berkomunikasi, jujur berarti berbicara apa adanya tanpa menyembunyikan fakta atau menyajikan informasi yang keliru.
Dalam praktiknya, berbicara jujur dalam hubungan melibatkan pengungkapan perasaan, kebutuhan, dan harapan secara jelas dan lugas. Daripada merahasiakan perasaan atau menutup-nutupi kebutuhan, kita dapat berbicara jujur dengan pasangan kita. Misalnya, jika ada hal yang mengganggu kita, kita bisa menyampaikan perasaan kita dengan mengatakan, “Aku merasa sedih ketika kamu tidak memberitahuku tentang pertemuanmu dengan teman-teman tanpa alasan yang jelas.” Dengan demikian, pasangan kita dapat memahami apa yang sedang kita rasakan dan menemukan solusi yang baik bagi kedua belah pihak.
Namun, penting untuk diingat bahwa berbicara jujur bukan berarti menyakiti atau menyinggung pasangan kita dengan kata-kata yang kasar. Berbicara jujur harus dilakukan dengan penuh penghormatan dan kelembutan, sehingga pasangan kita dapat menerima dan merespons dengan baik.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. John Gottman, seorang psikolog terkenal dalam bidang hubungan dan perkawinan, ditemukan bahwa asertivitas dalam berkomunikasi dan berpikir positif dapat membantu memperkuat hubungan yang bahagia dan harmonis. Dalam bukunya yang berjudul “The Seven Principles for Making Marriage Work,” beliau menekankan pentingnya komunikasi yang jujur dan positif dalam membangun hubungan yang abadi.
Dalam kesimpulannya, berpikir positif dan berbicara jujur adalah kunci asertivitas dalam hubungan. Ketika menggunakan kedua sikap ini, kita dapat membangun kedekatan, kepercayaan, dan pemahaman yang lebih baik dalam hubungan kita. Tesa Cahyani, seorang psikolog, menyarankan, “Biasakanlah untuk berpikir positif dan berbicara jujur dalam setiap aspek hidupmu, sehingga hubunganmu akan terus berkembang dan mengalami kebahagiaan yang sejati.”
Referensi:
– Norman Vincent Peale. The Power of Positive Thinking. 1952.
– Helen Keller. The Story of My Life. 1903.
– Dr. John Gottman. The Seven Principles for Making Marriage Work. 1999.
– Tesa Cahyani. “Asertivitas dalam Hubungan: Berpikir Positif dan Berbicara Jujur.” Majalah Psychocrine. 2020.