Seiring dengan berjalannya kehidupan, pasti akan ada rintangan yang menghadang. Tak bisa dipungkiri, hidup ini penuh dengan cobaan dan tantangan yang kadang membuat kita merasa putus asa. Namun, dalam menghadapi segala rintangan hidup, kita perlu memiliki kearifan dan kemampuan untuk tetap tegar dan kuat. Itulah yang disebut sebagai resiliensi.
Kearifan dalam menghadapi rintangan hidup memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan emosional dan mental kita. Dalam situasi sulit, resiliensi memungkinkan kita untuk beradaptasi, bangkit, dan terus berusaha. Menemukan resiliensi membutuhkan kemampuan untuk melihat harapan di tengah keputusasaan, serta mampu belajar dan tumbuh dari pengalaman yang sulit.
Dalam bukunya, “The Road Less Traveled”, Dr. Scott Peck, seorang psikiater terkenal, menyebutkan bahwa “Resiliensi adalah kapasitas seseorang untuk menderita, bertahan dan tetap berkembang dalam menghadapi rintangan, trauma, atau kesulitan yang hidup berikan.” Dalam pandangannya, resiliensi dapat diajarkan dan dikembangkan melalui proses pembelajaran dan pengalaman hidup.
Menghadapi rintangan hidup tidak mudah, tetapi dengan adanya resiliensi, kita dapat menjadi kuat dan tidak mudah larut dalam kekecewaan. Dr. Elke Van Hoof, seorang profesor di Institute for Psychotherapy Education and Counseling, University of Leuven, mengatakan bahwa “Orang-orang yang kuat secara emosional mampu mengatasi masalah hidup dengan lebih baik. Mereka mampu menjaga ketahanan mental dan tetap berfokus pada solusi daripada terpaku pada masalah yang ada.”
Salah satu kunci kearifan dalam menghadapi rintangan hidup adalah memiliki pemahaman dan penerimaan terhadap perubahan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Profesor Richard G. Tedeschi dan Lawrence G. Calhoun, mereka menemukan bahwa “Orang yang memiliki resiliensi cenderung dapat beradaptasi dengan perubahan dan meresponnya dengan lebih positif. Mereka memiliki kemampuan untuk melihat sisi positif dari setiap situasi dan mendorong diri mereka untuk tumbuh dan berkembang.”
Selain itu, menerima dukungan sosial juga merupakan hal penting dalam mengembangkan resiliensi. Menurut Dr. Michael Rutter, seorang psikiater terkenal, “Dukungan dari orang lain dapat memberikan kekuatan dan keyakinan kepada individu untuk menghadapi rintangan hidup dengan lebih baik. Sebuah hubungan sosial yang sehat dan penyertaan aktif dalam komunitas dapat menjadi faktor penentu dalam membangun resiliensi.”
Dalam menghadapi rintangan hidup, penting untuk diingat bahwa hidup ini penuh dengan kemungkinan untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Kita bisa belajar dari kegagalan, dan dengan resiliensi, kita dapat melihat setiap rintangan sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang.
Jadi, jika Anda sedang menghadapi rintangan hidup, ingatlah untuk menggunakan kearifan dalam menghadapinya. Temukan resiliensi di dalam diri Anda, beradaptasi dengan perubahan, dan jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat Anda. Seperti yang diungkapkan oleh William Arthur Ward, “Resiliensi bukanlah kemampuan untuk menahan pukulan yang hebat, melainkan seberapa cepat kita dapat bangkit setelah terjatuh.”
Referensi:
1. Peck, M. S. (1978). The Road Less Traveled: A New Psychology of Love, Traditional Values and Spiritual Growth.
2. Van Hoof, E. (2020). 8 Patut Dikembangkan – Tumbuh Dalam Trauma.
3. Tedeschi, R. G., & Calhoun, L. G. (2004). ‘Posttraumatic Growth: Conceptual Issues’. Psychiatric Annals, 34(1), 1-
7.
4. Rutter, M. (2012). Resilience as a dynamic concept. Developmental Psychopathology, 24(2), 335-344.
5. Ward, W. A. (2015). QuotesPedia: The Ultimate Book of Quotes. True Potential Publishing Inc.