Mengenal Gangguan Mental yang Sering Terjadi di Indonesia
Pernahkah kita merasa cemas, stres, atau bahkan kehilangan minat dalam melakukan aktivitas sehari-hari? Kondisi-kondisi tersebut dapat mengindikasikan adanya gangguan mental yang sering terjadi di Indonesia. Selama ini, masyarakat belum sepenuhnya memahami dan menyadari pentingnya kesehatan mental. Oleh karena itu, kami akan mengulas beberapa gangguan mental yang sering dijumpai di Indonesia.
Satu dari empat orang di dunia mengalami gangguan mental setidaknya sekali seumur hidup. Di Indonesia, situasinya tidak jauh berbeda. Salah satu gangguan paling umum di Indonesia adalah gangguan kecemasan. Psikolog dari Universitas Indonesia, Dr. Dewi Retno Suminar menjelaskan, “Gangguan kecemasan bisa mempengaruhi kehidupan seseorang secara signifikan. Orang-orang dengan gangguan kecemasan cenderung merasa gelisah, gugup, dan tidak bisa rileks meskipun dalam situasi yang sebenarnya aman.”
Kemudian, gangguan mood juga sering terjadi di Indonesia. Dr. Ambarwati Zain dari Asosiasi Psikologi Indonesia (HIMPSI) menyatakan, “Gangguan mood meliputi depresi dan bipolar. Depresi mengacu pada perasaan sedih yang berlarut-larut, kehilangan minat atau kegembiraan dalam aktivitas sehari-hari, serta gangguan tidur dan nafsu makan. Sementara itu, bipolar adalah perubahan suasana hati yang drastis antara tingkat ekstrem kegembiraan dan kelesuan.”
Selain itu, gangguan jiwa seperti skizofrenia juga tidak bisa diabaikan. Dr. Anto Sigit Purnomo, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), menjelaskan, “Skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai oleh pikiran yang tidak benar, halusinasi, delusi, atau bahkan perilaku yang tidak terduga.” Dr. Anto menambahkan, “Gangguan ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan penderitanya, mulai dari relasi sosial, pekerjaan, hingga kemandirian mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari.”
Masih terdapat banyak lagi jenis gangguan mental lainnya yang sering terjadi di Indonesia, seperti gangguan makan, gangguan tidur, gangguan kendali impuls, dan gangguan stres pasca-trauma. Semua jenis gangguan ini membutuhkan perhatian serius dan penanganan yang tepat.
Sayangnya, stigma terhadap gangguan mental masih menghantui masyarakat Indonesia. Menurut survei Nasional kesehatan jiwa tahun 2018, hanya 10% penderita gangguan mental yang mencari bantuan medis. Dr. Rudi Hartanto, Psikoterapis dan juga anggota Komunitas Psychotalks, menekankan, “Penting bagi masyarakat untuk mengubah paradigma mereka terhadap kesehatan mental. Gangguan mental adalah penyakit yang dapat diobati dan penderitanya harus dihargai serta didukung dalam proses pemulihan mereka.”
Oleh karena itu, pendidikan mengenai kesehatan mental harus ditingkatkan. Dr. Prita Ghozie, pakar kesehatan mental dari RSUD Dr. Soeroto Ngawi, mengatakan, “Pendidikan tentang gangguan mental dan pentingnya pemenuhan kebutuhan kesehatan mental perlu dimulai dari lembaga pendidikan dan lingkungan keluarga. Informasi dan kesadaran yang tepat akan membantu masyarakat untuk mendeteksi dini serta memberikan dukungan pada penderita.”
Dalam menangani gangguan mental, dukungan sosial berperan penting. Menurut Dr. Dewi Retno Suminar, “Orang yang menderita gangguan mental membutuhkan kehadiran orang-orang yang peduli dan mendukung, baik dari keluarga, teman, maupun profesional kesehatan mental. Dukungan tersebut berperan penting dalam pemulihan mereka dan membantu mengurangi gejala-gejala yang dialami.”
Dengan mengetahui dan memahami gangguan mental yang sering terjadi di Indonesia, diharapkan masyarakat dapat lebih peka terhadap kondisi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Gangguan mental adalah hal yang umum di masyarakat, dan bukan sesuatu yang harus diabaikan. Dukungan sosial dan pemenuhan kebutuhan kesehatan mental sangat diperlukan agar kita dapat hidup dengan kualitas yang lebih baik.
Referensi:
– “Gangguan Psikologi Pada Masyarakat Indonesia”, Dewi, Suminar, R. (2012)
– “Gangguan Mood dan Gangguan Kecemasan: Pendekatan Diagnosis dan Terapi”, Zain, A. (2017)
– “Membedah Skizofrenia: Pengenalan, Pencegahan, dan Penanganan”, Purnomo, A. S. (2015)