Perubahan hidup adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan kita. Namun, tidak semua orang mampu menghadapinya dengan bijak. Bagi sebagian orang, perubahan dapat menjadi momok yang menakutkan dan menimbulkan rasa cemas yang berlebihan. Namun, bagi orang-orang yang memiliki resilience atau ketangguhan mental, perubahan hidup dianggap sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang dan belajar.
Menurut Psikolog Klinis, Dian Fossey, “Resilience adalah kemampuan seseorang untuk tetap tegar dan optimis dalam menghadapi rintangan atau tekanan hidup. Resilience juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk pulih dan bangkit setelah mengalami kejadian yang mengganggu.”
Di dalam bukunya yang berjudul “The Resilience Factor”, Karen Reivich dan Andrew Shatte mengungkapkan bahwa resilience adalah kombinasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang membantu seseorang untuk menghadapi stres dan perubahan hidup dengan lebih baik. Faktor-faktor internal seperti optimisme, kemampuan untuk mengatasi kesulitan, dan kemampuan untuk memahami emosi dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih resilient.
Menghadapi perubahan hidup dengan bijak membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan keberanian. Dr. Steve Maraboli mengatakan, “Perubahan adalah bagian dari kehidupan. Kita tidak bisa menghindarinya, tetapi kita bisa belajar untuk menghadapinya dengan bijak.”
Tak ayal, resilience memiliki peran yang sangat penting dalam membantu seseorang untuk melewati masa transisi dan menghadapi perubahan hidup. Sebuah studi yang dilakukan oleh Masten dan Osofsky menunjukkan bahwa individu yang memiliki tingkat resilience yang tinggi cenderung lebih mampu mengatasi stres dan perubahan hidup dengan lebih baik.
Dengan demikian, penting bagi kita untuk belajar mengembangkan resilience dalam diri kita. Melalui pembelajaran dan latihan yang terus menerus, kita dapat memperkuat ketangguhan mental kita dan menjadi lebih siap menghadapi perubahan hidup dengan bijak. Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, “Ketika angin perubahan bertiup, beberapa orang membangun tembok, sementara yang lain membangun angin.” Oleh karena itu, mari kita belajar untuk membangun angin dan menjadi lebih resilient dalam menghadapi perubahan hidup.