Mencermati Perbedaan Antara Assertiveness, Agresivitas, dan Pasivitas
Bagi sebagian orang, mungkin sulit untuk membedakan antara assertiveness (keberanian berpendapat), agresivitas, dan pasivitas. Ketiga kata tersebut sering kali disalahartikan sebagai satu kesatuan, padahal sebenarnya memiliki makna yang berbeda-beda. Untuk itu, pada artikel kali ini, kita akan mengenal lebih jauh tentang perbedaan antara ketiga konsep ini agar dapat diterapkan secara tepat dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama-tama, mari kita bahas mengenai assertiveness. Assertiveness adalah kemampuan seseorang untuk berbicara dengan lugas, jujur, dan tegas tanpa merendahkan orang lain. Seorang yang assertive mampu mengungkapkan pendapat dan keinginannya dengan jelas, tetapi tetap dalam batas-batas yang wajar. Menurut Dr. Randy Paterson, seorang psikolog klinis terkenal, assertiveness adalah “kemampuan untuk menyampaikan pikiran, keinginan, dan pendapat tanpa melukai orang lain.”
Berbeda dengan assertiveness, agresivitas melibatkan penyerangan secara verbal atau bahkan fisik terhadap orang lain. Orang yang agresif cenderung menekan pendapat dan kehendaknya kepada orang lain tanpa memperhatikan perasaan dan kebutuhan mereka. Dr. Matthew McKay, seorang psikolog terkenal, menjelaskan bahwa “agresivitas adalah perilaku yang bertujuan untuk mendominasi orang lain dan memaksakan kehendak sendiri, tanpa memperhatikan perasaan mereka.”
Di sisi lain, pasivitas adalah sikap diam atau pasrah, di mana seseorang cenderung mengalah dan tidak mampu mengungkapkan pendapat atau keinginannya. Orang yang pasif seringkali merasa takut untuk berbicara atau takut akan konflik. Dalam kata-kata Dr. Carl R. Rogers, seorang psikolog terkemuka, pasivitas adalah “ketidakmampuan untuk mengaktualisasikan diri pada tingkat yang optimal karena rasa takut atau kurangnya keyakinan diri.”
Penting untuk memahami perbedaan antara assertiveness, agresivitas, dan pasivitas karena masing-masing memiliki konsekuensi yang berbeda dalam hubungan interpersonal. Sebagai contoh, jika seseorang terlalu assertive, ia mungkin lebih mudah membuat orang lain tersinggung atau merasa ditekan. Di sisi lain, jika seseorang terlalu agresif, ia dapat mengabaikan perasaan dan kebutuhan orang lain, yang berpotensi merusak hubungan dan menciptakan konflik. Sementara itu, sikap yang terlalu pasif dapat membuat seseorang merasa tidak dihargai dan memiliki kehidupan sosial yang kurang memuaskan.
Untuk mengembangkan keberanian berpendapat (assertiveness) yang sehat, perlu untuk memperhatikan konteks dan komunikasi yang efektif. Terdapat beberapa teknik yang dapat membantu seseorang menjadi lebih assertive, seperti mengungkapkan keinginan dengan jelas, mendengarkan dengan empati, dan menjaga keadilan dalam interaksi sosial.
Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang perbedaan antara assertiveness, agresivitas, dan pasivitas. Dengan memahami dan mengimplementasikan konsep-konsep ini dengan tepat, kita dapat membangun hubungan yang lebih sehat dan harmonis dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi:
– Paterson, R. J. (2009). The Assertiveness Workbook: How to Express Your Ideas and Stand Up for Yourself at Work and in Relationships. New Harbinger Publications.
– McKay, M., Davis, M., & Fanning, P. (2011). Messages: The Communication Skills Book. New Harbinger Publications.
– Rogers, C. R. (1961). On Becoming a Person: A Therapist’s View of Psychotherapy. Houghton Mifflin Harcourt.