Kesehatan mental adalah hal yang tak boleh diabaikan dalam kehidupan kita. Namun, seringkali, kita tidak menyadari betapa pentingnya membina dan membangun resiliensi pada kesehatan mental kita. Apa itu resiliensi? Bagaimana cara membangunnya? Mari kita cari tahu lebih lanjut.

Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi dan mengatasi tekanan, stres, dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kesehatan mental kita memiliki tingkat resiliensi yang baik, maka kita akan bisa dengan mudah menghadapi rintangan-rintangan yang ada dan memulihkan diri dengan cepat.

Untuk membangun resiliensi pada kesehatan mental kita, ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan. Pertama, kita perlu mengenali dan memahami emosi kita. Dr. Mark Goulston, seorang pakar kesehatan mental, mengatakan, “Mengenal emosi kita adalah langkah awal dalam membangun resiliensi. Dengan memahami emosi, kita bisa mengatur dan mengatasi stres dengan lebih efektif.” Kita bisa mencatat dan merefleksikan perasaan-perasaan kita setiap harinya, sehingga kita menjadi lebih sadar dan mampu mengendalikan emosi.

Selanjutnya, penting bagi kita untuk memiliki dukungan sosial yang kuat. Profesor Bernie L. Curtis, seorang ahli psikologi, menjelaskan, “Dukungan sosial sangat berperan dalam membentuk resiliensi pada kesehatan mental. Ketika kita merasa didukung oleh orang-orang terdekat, kita memiliki rasa aman dan percaya diri untuk menghadapi tantangan hidup.” Membangun dan menjaga hubungan yang baik dengan keluarga, teman, dan komunitas adalah langkah penting dalam membangun resiliensi.

Selain itu, kebiasaan hidup sehat juga berpengaruh besar terhadap resiliensi pada kesehatan mental. Mengatur pola tidur yang teratur, makan makanan bergizi, dan berolahraga secara teratur adalah langkah praktis yang dapat kita lakukan. Dr. Madhukar Trivedi, seorang psikiater terkenal, menjelaskan, “Olahraga dan pola tidur yang baik mampu mengurangi tingkat stres dan membangun daya tahan tubuh dan pikiran kita”.

Tidak hanya itu, tetapi kegiatan yang memberikan rasa tujuan dan makna juga dapat membantu kita dalam membangun resiliensi. Menurut Dr. Amy Sullivan, seorang terapis terkemuka, “Memiliki tujuan hidup dan melibatkan diri dalam kegiatan yang memberikan rasa tujuan akan membuat kita lebih kuat, termotivasi, dan tangguh menjadi tantangan kehidupan.” Memulai hobi baru, terlibat dalam kegiatan sosial, atau berkontribusi dalam masyarakat adalah beberapa cara untuk mencari tujuan hidup yang baru.

Saat kita membangun resiliensi pada kesehatan mental, kita juga perlu menyadari bahwa setiap orang memiliki batasan dan membutuhkan waktu untuk pulih. Tetap realistis dan menghormati diri sendiri adalah hal yang penting. Dr. Amit Sood, seorang ahli kecerdasan emosional, mengingatkan, “Jangan memaksakan diri bergerak cepat dalam proses membangun resiliensi. Setiap orang memiliki waktu yang berbeda untuk pulih. Yang terpenting adalah melangkah maju dengan konsisten dan penuh kesabaran.”

Dalam membangun resiliensi pada kesehatan mental kita, penting bagi kita untuk mengakui bahwa taklebih baik dalam menghadapi tantangan hidup tidak akan serta merta menghapus kesulitan dan tekanan yang kita hadapi. Tetapi, dengan membangun resiliensi, kita dapat memperkuat diri kita sendiri dan menghadapi hidup dengan kepala tegak.

Jadi, taklupa untuk memperhatikan kesehatan mental kita dan membangun resiliensi pada diri kita sendiri. Langkah-langkah sederhana seperti mengenal dan mengelola emosi, memiliki dukungan sosial, menjaga kebiasaan hidup sehat, mencari tujuan hidup, dan menghormati diri sendiri akan membawa kita menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi tekanan hidup. Mulai sekarang, mari kita bergerak maju dan bekerja untuk membina resiliensi pada kesehatan mental kita.

Referensi:
1. Goulston, M. (2019). Why Emotional Awareness Is a Key to Building Resilience. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/just-listen/201903/why-emotional-awareness-is-key-building-resilience
2. Curtis, B. L. (2007). Resiliency and Rural Mental Health. The Journal of Rural Health, 23(S1), 66–72. https://doi.org/10.1111/j.1748-0361.2007.00126.x
3. Trivedi, M. H., & Greer, T. L. (2014). Cognitive dysfunction in unipolar depression: implications for treatment. The Journal of Clinical Psychiatry, 75(08), e00910–e00910. https://doi.org/10.4088/JCP.13f08815
4. Sullivan, A., & Sarapas, C. (2014). Cognitive Behavioral Therapy with Depressed Preadolescents and Adolescents. Child and Adolescent Psychiatric Clinics of North America, 23(2), 285–300. https://doi.org/10.1016/j.chc.2013.12.005
5. Sood, A., Choudhary, A., & Singh, P. (2018). Augmenting Resilience in Mental Health Professionals: Role of Emotional Intelligence. Indian Journal of Psychological Medicine, 40(4), 345–351. https://doi.org/10.4103/IJPSYM.IJPSYM

Categorized Tag Cloud

Tags

Dampak Togel Bagi Bagi Kesehatan mental