Stigma terhadap gangguan mental masih menjadi permasalahan serius di masyarakat kita. Banyak orang yang masih merasa malu atau takut untuk membicarakan masalah kesehatan mental mereka karena takut dijauhi atau dicap sebagai orang yang tidak ‘normal’. Hal ini tentu sangat merugikan bagi penderita gangguan mental karena mereka menjadi terisolasi dan sulit mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Menurut pakar kesehatan jiwa, dr. Anindita Galuh Ramadhani, MD, Sp.KJ, stigma terhadap gangguan mental merupakan salah satu hambatan utama dalam upaya penanganan gangguan mental di masyarakat. “Stigma dapat membuat orang-orang dengan gangguan mental merasa diabaikan dan tidak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan, padahal dukungan sosial sangat penting dalam proses penyembuhan,” ujar dr. Anindita.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk bersama-sama mengatasi stigma terhadap gangguan mental di masyarakat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang gangguan mental. Kita perlu menyadari bahwa gangguan mental bukanlah hal yang mudah diatasi hanya dengan ‘semangat’ atau ‘kekuatan diri’, melainkan membutuhkan bantuan profesional dan dukungan dari lingkungan sekitar.
Menurut dr. Anindita, pendekatan yang holistik dan terintegrasi dalam penanganan gangguan mental juga sangat penting. “Kita perlu memperhatikan faktor-faktor biologis, psikologis, sosial, dan lingkungan dalam penanganan gangguan mental. Tidak hanya fokus pada aspek biologis saja,” tambahnya.
Sebagai individu, kita juga perlu berperan aktif dalam mengubah stigma terhadap gangguan mental di masyarakat. Misalnya dengan tidak mengucilkan atau memusuhi orang-orang dengan gangguan mental, melainkan memberikan dukungan dan empati kepada mereka. Kita juga perlu berani untuk membicarakan gangguan mental secara terbuka dan tidak merasa malu atau takut.
Dengan langkah-langkah kecil ini, diharapkan stigma terhadap gangguan mental di masyarakat dapat dikurangi dan orang-orang dengan gangguan mental dapat mendapatkan perlakuan yang adil dan dukungan yang mereka butuhkan. Kita semua bisa menjadi agen perubahan dalam mengatasi stigma terhadap gangguan mental. Sebagaimana yang diungkapkan oleh filosof Desmond Tutu, “Apabila anda bungkam ketika melihat ketidakadilan, anda telah memilih pihak penindas.” Jadi, mari bersama-sama berani untuk mengubah pola pikir dan sikap kita terhadap gangguan mental demi kebaikan bersama.